Selasa, 06 Oktober 2015

Cerpen : DELUSI HATI

sekali lagi aku kembali berbagi karyaku yang gaje dan berantakan ini. But I still hope you like it.

Delusi Hati


“Dianna Anastasia . . . Marry me, Please ?” seorang pria tampan membungkuk tepat dihadapan sang wanita bergaun merah itu. Pria yang berhasil membuat tamu – tamu wanita merengek pada kekasihnya untuk segera dilamar persis seperti lamaran romantis itu.

                Sayangnya, lamaran itu tak tepat sasaran. Entah dan bagaimana kurangnya, sang wanita bergaun merah hanya memandang kotak beludru tempat singgasana sang cincin, yang akan mengikat dirinya. Hanya sebuah pandangan kosong dan sepersekian detik yang begitu cepat, sang wanita menggeleng lemah. Kotak beludru itu kembali tertutup dan sang pria merengkuh tubuh sang wanita seolah memberinya semangat padahal ia sendiri merasa kekecewaan yang terlampau berat.

                Para tamu yang tadinya memberi tatapan bahagia kini berubah menjadi sendu, tahu perasaan sedih dan kecewa dari sang pria. Dan tak sedikit dari tamu wanita yang berbisik – bisik mencela tindakan bodoh sang wanita yang malah menolak pria yang begitu mencintainya. Bahkan tubuh dan mata pria itu membenarkan rasa cintanya. Namun sayang seribu sayang, sang pria malah mengusap punggung wanita yang mengecewakannya dengan lembut sembari membisikkan kata – kata,”Maafkan aku sayang, Maafkan aku.”

                Tangis wanita itu telah reda walau ia masih sesenggukan.”Bukan salahmu. Salahku yang tak bisa menerima cintamu yang begitu besar. Bahkan pengorbananmu yang tak sanggup ku balas. Maafkan aku”
                “Ini bukan salahmu, sayang. Mungkin aku harus memberimu waktu lebih untuk menerimaku karena aku yakin bahwa cinta kita akan hadir bersamaan dengan kebersamaan yang selalu kita pupuk,” Ucap sang pria sembari menghapus buliran air yang membasahi pipi wanita itu.

                “A..ku tidak bisa,” wanita itu mengucapkannya dengan terbata – bata.”Kalau benar cinta akan hadir karena suatu kebersamaan, kenapa cinta itu tak pernah membuat hatiku berdegup selama kebersamaan kita 3 tahun ini ? Aku tidak ingin membuang – buang waktumu. Mencinta di saat satu hati bahkan tak pernah tersentuh. Maafkan aku,” dan wanita itu mengurai rengkuhan pria itu.

                “Aku bisa menunggu. Bahkan tak apa jika cinta itu tak hadir di hatimu, cukup biarkan aku mengalirkan cintaku padamu. Ku rasa itu sudah membuat hatiku merasa bahagia.”

                “Mungkin kau bahagia. Tapi aku tidak. Dan tak akan pernah tanpa cinta,” sang wanita itu berbalik lalu mengambil tas dan mantelnya meninggalkan sang pria.

                Dan tiba – tiba saja pria itu mencekal tangan sang wanita dan mau tak mau tubuh wanita itu kembali menghadap tubuh pria itu.”Haruskah aku menyerah ?” tanya pria itu sembari sembari menatap untuk terakhir kalinya sang pujaan hati.

                Wanita itu hanya mengangguk. Ia tak kuasa lagi mengeluarkan walau sekata yang malah semakin menyakiti hati orang yang selalu ada untuknya. Dan ia merasa cekalan pada tangannya menghilang dibarengi langkah sang pria yang pergi meninggalkannya.”Berbahagialah,” sang wanita tersenyum sambil merapalkan doa kebahagian bagi pria itu,Jason.

                Malam dingin ini sebentar lagi akan berakhir tergantikan oleh musim semi dimana bunga – bunga kembali bermekaran, menghantarkan rasa hangat setelah nantinya musim dingin berlalu. Sama seperti tekad wanita itu untuk memulai musim seminya tanpa prianya dan mencoba menemukan cinta yang hadir pada seseorang yang hanya ditemuinya sekali, itupun hanya mimpi tapi ia merasa seperti nyata. Delusi.

                Mimpi itu memang hanya hadir sekali, tapi tak seperti mimpi lain bahwa setelah bangun akan sulit mengingat hal yang dimimpikan namun nyatanya setelah terbangun mimpi itu malah terangkai nyata dalam otaknya, layaknya seperti asli,nyata.

                Seorang gadis yang berusia sekitar 17 atau 18 tahun tengah menatap seorang lelaki yang berusia sama dengannya, lelaki dengan tubuh yang tak begitu tinggi dan terlihat kurus. Seperti anak kutu buku. Tapi anehnya lelaki itu sama sekali tak menatap sang gadis walaupun gadis itu tengah berdiri dan menatap lelaki itu dengan intens. Tak lama kemudian sang gadis berlalu meninggalkan lelaki yang dikiranya kutu buku.

                Kini pandangan mata sang gadis beradu dengan sosok yang cukup tinggi dengan tubuh yang berisi, tak kurus dan tak gemuk juga. Pria yang ia tatap itu terlihat lebih dewasa dibanding lelaki yang tadinya. Tapi Gadis itu kembali merasa janggal, kenapa pria itu hanya memandangnya ? walaupun tatapannya seperti orang yang mencintai. Karena tak tahan dengan tatapan yang menurutnya menggelikan, sang gadis pergi meninggalkan pria itu yang sama sekali tidak mencekalnya untuk pergi.

                Langkah gadis itu semakin membawanya pada sebuah ruang hitam tanpa lelaki kurus atau pria yang menatapnya intens. Namun tiba – tiba, ia merasa tubuhnya di angkat lalu direngkuh oleh seorang pria. Entah mengapa gadis itu berpikir bahwa pria itu tampan dengan tinggi yang menurutnya menjulang, jauh berbeda dengan dirinya yang terkesan sedang untuk seorang perempuan. Yah . . . bertubuh sangat tinggi dan jangkung. Sang gadis itu merasa sangat bahagia berinteraksi dengan pria itu, entah ketika pria itu memeluknya atau menggendongnya pada punggung pria itu bahkan ketika mereka berbicara satu sama lain. Namun kebahagian itu sirna tergantikan rasa sakit seperti ditusuk belati lalu terganti lagi seperti rasa sakit ketika jatuh dari jurang. Ia seakan mati. Namun anehnya Ia malah menyukai rasa sakit itu, mungkin karena ia telah jatuh cinta kepada sang pria jangkung itu.

                Anna begitu sadar bahwa mungkin itu cuma mimpi. Tapi hati kecilnya seolah berkata itulah cintanya, sang pria jangkung. Telah beberapa  tahun ia habiskan hanya terobsesi pada pria dengan tinggi yang menjulang itu. Ia mencari dan ia tak menemukannya. Ia mengartikan bahwa pria kutu buku yang dilihatnya pertama kali adalah cinta pertamanya ketika di High School. Dan keningnya kembali berkerut mengingat bahwa perawakan Jason mirip dengan pria yang selalu menatapnya intens, pria yang kedua ia temui. Berarti ia akan segera menemukan pria jangkung itu setelah ia meninggalkan Jason. “Kenapa aku tidak pergi saja dari Jason sejak dulu ?“ Sang wanita itu mengecap kopi yang terasa pahit walau menghangatkan.

                “Mungkin itu namanya takdir. Dan Aku yakin takdir pula yang akan membawaku kepadanya. Sang Pria jangkung. Masa depan cintaku,”

                Sementara di sudut lain kota itu, seorang pria berwajah cukup tampan terlihat berjalan menuju tempat parkir bersama teman – temannya. Sesekali ia menimpali candaan teman – temannya yang membuatnya sedikit mengadahkan kapalanya kebawah.

Selesai

Cerpen : BINAR UTOPSI

jadi, cerpen ini adalah karya original saya dan bukan plagiat apalagi copy paste.
Yahhh,,,, walaupun cerpen ini nggak cukup bagus apalagi menarik maklum saya bukanlah seorang penulis hanya seseorang yang ingin berbagi imanjinasi. 
jadi here it is my short story.....
Hope you lke it :)

BINAR UTOPSI


Langit biru tampaknya semakin memudar diiringi oleh sang Matahari yang kembali keperaduannya di ufuk barat memberi semburat jingga pada langit sore menjelang malam itu. Tak disangkali bahwa pemandangan inilah, pemandangan yang selalu ditunggu – tunggu oleh beberapa orang untuk disaksikan. Termasuk pasangan muda – mudi itu, yang sedang memandangi sang surya yang sebentar lagi terlelap.
            Sang gadis masih saja enggan melepaskan tatapan kagumnya kepada langit jingga itu. Namun berbeda dengan sang pria, ia tampaknya lebih tertarik memandangi wajah sang gadis.
Gadis itu tersadar dan memandangi wajah pria itu. “Kenapa kau memandangiku seperti itu, Ray ?”.  Laki – laki yang dipanggil Ray itu hanya menampilkan senyum menawannya dibalik alis tebal, rambut cokelat legam, mata hitam kelam dengan wajah yang begitu tampan.
Laki – laki itu berlahan mengusap kepala gadis itu dan memeluk gadis itu. “Karena aku mencintaimu, Hannah,” lelaki itu memeluk sang gadis lebih dalam lagi menghapuskan jarak di antara mereka.
            Sedang gadis yang bernama Hannah hanya bisa tersenyum dan mengeratkan pelukannya.”Aku Juga,”ucap gadis itu.

“Huh . . . huh. . . huh . . .,” terdengar deru napas seorang gadis yang mirip dengan sosok gadis itu.”Mimpi itu lagi. Siapa lelaki itu ? kenapa aku bisa memimpikan diriku bersamanya sedangkan melihat lelaki itu saja aku tidak pernah. Oh dear tampaknya aku mulai gila,”Gumam gadis itu sambil pelan – pelan mengerjap ringan.

Gadis dengan rambut hitam tapi anehnya bermata biru itu bernama Hannah. Gadis yang hanya tinggal seorang diri di sebuah flat di New York. Ia sekarang bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbitan di New York. Dan karena pekerjaannya itulah, membuat dirinya baru  tertidur ketika matahari telah terbangun. Sungguh mengenaskan. Dan salah satu malam mengenaskan itu adalah malam yan baru dilaluinya. Ditambah lagi mimpi anehnya bertemu dengan seorang pria yang mengaku mencintainya dan dengan bodohnya ia juga mengaku mencintai lelaki itu. Mimpi yang sama sejak sebulan yang lalu, tepatnya.

Hannah pun dengan malas – malasan menggulingkan dirinya dari ranjang lalu berdiri kemudian munuju kamar mandi. “oh dear . . . lama – lama aku bisa gila karena mimpi itu,” kata Hannah. “Mungkin kepalaku pernah cidera dan aku lupa ingatan. Dan lelaki itu salah satu yang ku lupakan.” Hannah kembali berpikir hipotesis apa yang cocok dengan mimpinya. Lalu Hannah kembali menggeleng dan bergumam,”Tidak, tidak. Ku rasa semua ingatanku sempurna dan aku sama sekali tidak pernah cidera pada kepala atau sejenis. Tapi apa ?” Hannah kembali memukul – mukul kepalanya karena hipotesisnya kembali salah.

Hari ini adalah salah satu haru favorit Hannah, hari sabtu. Hari libur tanpa pekerjaan dan tanpa deadline yang terus saja menghantuinya. “Well, mungkin aku lebih baik menikmati weekendku tanpa pemikiran yang aneh – aneh tentang mimpi itu. Dan mari kita berbelanja di hari libur ini . . . . “ Gumaman Hannah tiba – tiba dihentikan dengan bunyi bel di depan flatnya.

Hannah pun segera melangkah menuju ruang tamunya untuk melihat siapa yang bertamu di pagi – pagi buta, apalagi ini hari Sabtu. Dan karena ia hanya seorang diri tinggal di flat ini, jadi mau tidak mau ia yang harus melihat siapa yang bertamu.

Hannah berjalan mendekati sebuah pintu berwarna cokelat dan menarik ganggang yang berwarna emas itu. Pintu di hadapan Hannah berdecit kecil dan menampilkan sosok di hadapannya. Seorang pria dalam bulatan blue t-shirt dipadukan dengan blue jeans. Hannah tiba – tiba saja membeku di tempatnya berdiri dan merasa suhu di sekelilingnya beruba drastis menjadi lebih dingin. Anehnya Ia malah berkeringat.

Hannah memandangi wajah  pria itu, wajah tampan, alis yang lebat, rambut cokelat legam,dengan mata hitam kelam. Hannah terperanjat dan tak sadar ia bergumam,”Ray.”

Pria itu tersenyum tipis mendengar apa yang diucapkan gadis cantik di hadapannya. “Alexander. Alexander Raynold tetangga barumu,” pria itu kembali tersenyum dan mengulurkan tangan tanda perkenalan.

“Ray,” gumam Hannah lebih keras sehingga dapat terdengar jelas oleh sang pria yang berada dihadapannya.

Pria itu menatap wajah Hannah.”Itu nama panggilanku,” kata Ray lalu menjabat tangan Hannah.
-Selesai-

Tinggalkan jejak ya ..... komen atau saran.