sekali lagi aku kembali berbagi karyaku yang gaje dan berantakan ini. But I still hope you like it.
Delusi Hati
“Dianna Anastasia . . . Marry me, Please ?” seorang pria tampan
membungkuk tepat dihadapan sang wanita bergaun merah itu. Pria yang berhasil
membuat tamu – tamu wanita merengek pada kekasihnya untuk segera dilamar persis
seperti lamaran romantis itu.
Sayangnya,
lamaran itu tak tepat sasaran. Entah dan bagaimana kurangnya, sang wanita
bergaun merah hanya memandang kotak beludru tempat singgasana sang cincin, yang
akan mengikat dirinya. Hanya sebuah pandangan kosong dan sepersekian detik yang
begitu cepat, sang wanita menggeleng lemah. Kotak beludru itu kembali tertutup
dan sang pria merengkuh tubuh sang wanita seolah memberinya semangat padahal ia
sendiri merasa kekecewaan yang terlampau berat.
Para tamu yang
tadinya memberi tatapan bahagia kini berubah menjadi sendu, tahu perasaan sedih
dan kecewa dari sang pria. Dan tak sedikit dari tamu wanita yang berbisik –
bisik mencela tindakan bodoh sang wanita yang malah menolak pria yang begitu
mencintainya. Bahkan tubuh dan mata pria itu membenarkan rasa cintanya. Namun
sayang seribu sayang, sang pria malah mengusap punggung wanita yang
mengecewakannya dengan lembut sembari membisikkan kata – kata,”Maafkan aku
sayang, Maafkan aku.”
Tangis wanita
itu telah reda walau ia masih sesenggukan.”Bukan salahmu. Salahku yang tak bisa
menerima cintamu yang begitu besar. Bahkan pengorbananmu yang tak sanggup ku
balas. Maafkan aku”
“Ini bukan
salahmu, sayang. Mungkin aku harus memberimu waktu lebih untuk menerimaku
karena aku yakin bahwa cinta kita akan hadir bersamaan dengan kebersamaan yang
selalu kita pupuk,” Ucap sang pria sembari menghapus buliran air yang membasahi
pipi wanita itu.
“A..ku tidak
bisa,” wanita itu mengucapkannya dengan terbata – bata.”Kalau benar cinta akan
hadir karena suatu kebersamaan, kenapa cinta itu tak pernah membuat hatiku
berdegup selama kebersamaan kita 3 tahun ini ? Aku tidak ingin membuang – buang
waktumu. Mencinta di saat satu hati bahkan tak pernah tersentuh. Maafkan aku,”
dan wanita itu mengurai rengkuhan pria itu.
“Aku bisa
menunggu. Bahkan tak apa jika cinta itu tak hadir di hatimu, cukup biarkan aku
mengalirkan cintaku padamu. Ku rasa itu sudah membuat hatiku merasa bahagia.”
“Mungkin kau
bahagia. Tapi aku tidak. Dan tak akan pernah tanpa cinta,” sang wanita itu
berbalik lalu mengambil tas dan mantelnya meninggalkan sang pria.
Dan tiba – tiba
saja pria itu mencekal tangan sang wanita dan mau tak mau tubuh wanita itu
kembali menghadap tubuh pria itu.”Haruskah aku menyerah ?” tanya pria itu
sembari sembari menatap untuk terakhir kalinya sang pujaan hati.
Wanita itu
hanya mengangguk. Ia tak kuasa lagi mengeluarkan walau sekata yang malah
semakin menyakiti hati orang yang selalu ada untuknya. Dan ia merasa cekalan
pada tangannya menghilang dibarengi langkah sang pria yang pergi
meninggalkannya.”Berbahagialah,” sang wanita tersenyum sambil merapalkan doa
kebahagian bagi pria itu,Jason.
Malam dingin
ini sebentar lagi akan berakhir tergantikan oleh musim semi dimana bunga –
bunga kembali bermekaran, menghantarkan rasa hangat setelah nantinya musim
dingin berlalu. Sama seperti tekad wanita itu untuk memulai musim seminya tanpa
prianya dan mencoba menemukan cinta yang hadir pada seseorang yang hanya
ditemuinya sekali, itupun hanya mimpi tapi ia merasa seperti nyata. Delusi.
Mimpi itu
memang hanya hadir sekali, tapi tak seperti mimpi lain bahwa setelah bangun
akan sulit mengingat hal yang dimimpikan namun nyatanya setelah terbangun mimpi
itu malah terangkai nyata dalam otaknya, layaknya seperti asli,nyata.
Seorang gadis yang berusia sekitar 17 atau 18 tahun
tengah menatap seorang lelaki yang berusia sama dengannya, lelaki dengan tubuh
yang tak begitu tinggi dan terlihat kurus. Seperti anak kutu buku. Tapi anehnya
lelaki itu sama sekali tak menatap sang gadis walaupun gadis itu tengah berdiri
dan menatap lelaki itu dengan intens. Tak lama kemudian sang gadis berlalu
meninggalkan lelaki yang dikiranya kutu buku.
Kini pandangan mata sang gadis beradu dengan sosok
yang cukup tinggi dengan tubuh yang berisi, tak kurus dan tak gemuk juga. Pria
yang ia tatap itu terlihat lebih dewasa dibanding lelaki yang tadinya. Tapi
Gadis itu kembali merasa janggal, kenapa pria itu hanya memandangnya ? walaupun
tatapannya seperti orang yang mencintai. Karena tak tahan dengan tatapan yang
menurutnya menggelikan, sang gadis pergi meninggalkan pria itu yang sama sekali
tidak mencekalnya untuk pergi.
Langkah gadis itu semakin membawanya pada sebuah
ruang hitam tanpa lelaki kurus atau pria yang menatapnya intens. Namun tiba –
tiba, ia merasa tubuhnya di angkat lalu direngkuh oleh seorang pria. Entah
mengapa gadis itu berpikir bahwa pria itu tampan dengan tinggi yang menurutnya
menjulang, jauh berbeda dengan dirinya yang terkesan sedang untuk seorang
perempuan. Yah . . . bertubuh sangat tinggi dan jangkung. Sang gadis itu merasa
sangat bahagia berinteraksi dengan pria itu, entah ketika pria itu memeluknya
atau menggendongnya pada punggung pria itu bahkan ketika mereka berbicara satu
sama lain. Namun kebahagian itu sirna tergantikan rasa sakit seperti ditusuk
belati lalu terganti lagi seperti rasa sakit ketika jatuh dari jurang. Ia
seakan mati. Namun anehnya Ia malah menyukai rasa sakit itu, mungkin karena ia
telah jatuh cinta kepada sang pria jangkung itu.
Anna begitu
sadar bahwa mungkin itu cuma mimpi. Tapi hati kecilnya seolah berkata itulah
cintanya, sang pria jangkung. Telah beberapa
tahun ia habiskan hanya terobsesi pada pria dengan tinggi yang menjulang
itu. Ia mencari dan ia tak menemukannya. Ia mengartikan bahwa pria kutu buku
yang dilihatnya pertama kali adalah cinta pertamanya ketika di High School. Dan
keningnya kembali berkerut mengingat bahwa perawakan Jason mirip dengan pria
yang selalu menatapnya intens, pria yang kedua ia temui. Berarti ia akan segera
menemukan pria jangkung itu setelah ia meninggalkan Jason. “Kenapa aku tidak
pergi saja dari Jason sejak dulu ?“ Sang wanita itu mengecap kopi yang terasa
pahit walau menghangatkan.
“Mungkin itu
namanya takdir. Dan Aku yakin takdir pula yang akan membawaku kepadanya. Sang Pria
jangkung. Masa depan cintaku,”
Sementara di
sudut lain kota itu, seorang pria berwajah cukup tampan terlihat berjalan
menuju tempat parkir bersama teman – temannya. Sesekali ia menimpali candaan
teman – temannya yang membuatnya sedikit mengadahkan kapalanya kebawah.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar