Selasa, 06 Oktober 2015

Cerpen : BINAR UTOPSI

jadi, cerpen ini adalah karya original saya dan bukan plagiat apalagi copy paste.
Yahhh,,,, walaupun cerpen ini nggak cukup bagus apalagi menarik maklum saya bukanlah seorang penulis hanya seseorang yang ingin berbagi imanjinasi. 
jadi here it is my short story.....
Hope you lke it :)

BINAR UTOPSI


Langit biru tampaknya semakin memudar diiringi oleh sang Matahari yang kembali keperaduannya di ufuk barat memberi semburat jingga pada langit sore menjelang malam itu. Tak disangkali bahwa pemandangan inilah, pemandangan yang selalu ditunggu – tunggu oleh beberapa orang untuk disaksikan. Termasuk pasangan muda – mudi itu, yang sedang memandangi sang surya yang sebentar lagi terlelap.
            Sang gadis masih saja enggan melepaskan tatapan kagumnya kepada langit jingga itu. Namun berbeda dengan sang pria, ia tampaknya lebih tertarik memandangi wajah sang gadis.
Gadis itu tersadar dan memandangi wajah pria itu. “Kenapa kau memandangiku seperti itu, Ray ?”.  Laki – laki yang dipanggil Ray itu hanya menampilkan senyum menawannya dibalik alis tebal, rambut cokelat legam, mata hitam kelam dengan wajah yang begitu tampan.
Laki – laki itu berlahan mengusap kepala gadis itu dan memeluk gadis itu. “Karena aku mencintaimu, Hannah,” lelaki itu memeluk sang gadis lebih dalam lagi menghapuskan jarak di antara mereka.
            Sedang gadis yang bernama Hannah hanya bisa tersenyum dan mengeratkan pelukannya.”Aku Juga,”ucap gadis itu.

“Huh . . . huh. . . huh . . .,” terdengar deru napas seorang gadis yang mirip dengan sosok gadis itu.”Mimpi itu lagi. Siapa lelaki itu ? kenapa aku bisa memimpikan diriku bersamanya sedangkan melihat lelaki itu saja aku tidak pernah. Oh dear tampaknya aku mulai gila,”Gumam gadis itu sambil pelan – pelan mengerjap ringan.

Gadis dengan rambut hitam tapi anehnya bermata biru itu bernama Hannah. Gadis yang hanya tinggal seorang diri di sebuah flat di New York. Ia sekarang bekerja sebagai editor di salah satu perusahaan penerbitan di New York. Dan karena pekerjaannya itulah, membuat dirinya baru  tertidur ketika matahari telah terbangun. Sungguh mengenaskan. Dan salah satu malam mengenaskan itu adalah malam yan baru dilaluinya. Ditambah lagi mimpi anehnya bertemu dengan seorang pria yang mengaku mencintainya dan dengan bodohnya ia juga mengaku mencintai lelaki itu. Mimpi yang sama sejak sebulan yang lalu, tepatnya.

Hannah pun dengan malas – malasan menggulingkan dirinya dari ranjang lalu berdiri kemudian munuju kamar mandi. “oh dear . . . lama – lama aku bisa gila karena mimpi itu,” kata Hannah. “Mungkin kepalaku pernah cidera dan aku lupa ingatan. Dan lelaki itu salah satu yang ku lupakan.” Hannah kembali berpikir hipotesis apa yang cocok dengan mimpinya. Lalu Hannah kembali menggeleng dan bergumam,”Tidak, tidak. Ku rasa semua ingatanku sempurna dan aku sama sekali tidak pernah cidera pada kepala atau sejenis. Tapi apa ?” Hannah kembali memukul – mukul kepalanya karena hipotesisnya kembali salah.

Hari ini adalah salah satu haru favorit Hannah, hari sabtu. Hari libur tanpa pekerjaan dan tanpa deadline yang terus saja menghantuinya. “Well, mungkin aku lebih baik menikmati weekendku tanpa pemikiran yang aneh – aneh tentang mimpi itu. Dan mari kita berbelanja di hari libur ini . . . . “ Gumaman Hannah tiba – tiba dihentikan dengan bunyi bel di depan flatnya.

Hannah pun segera melangkah menuju ruang tamunya untuk melihat siapa yang bertamu di pagi – pagi buta, apalagi ini hari Sabtu. Dan karena ia hanya seorang diri tinggal di flat ini, jadi mau tidak mau ia yang harus melihat siapa yang bertamu.

Hannah berjalan mendekati sebuah pintu berwarna cokelat dan menarik ganggang yang berwarna emas itu. Pintu di hadapan Hannah berdecit kecil dan menampilkan sosok di hadapannya. Seorang pria dalam bulatan blue t-shirt dipadukan dengan blue jeans. Hannah tiba – tiba saja membeku di tempatnya berdiri dan merasa suhu di sekelilingnya beruba drastis menjadi lebih dingin. Anehnya Ia malah berkeringat.

Hannah memandangi wajah  pria itu, wajah tampan, alis yang lebat, rambut cokelat legam,dengan mata hitam kelam. Hannah terperanjat dan tak sadar ia bergumam,”Ray.”

Pria itu tersenyum tipis mendengar apa yang diucapkan gadis cantik di hadapannya. “Alexander. Alexander Raynold tetangga barumu,” pria itu kembali tersenyum dan mengulurkan tangan tanda perkenalan.

“Ray,” gumam Hannah lebih keras sehingga dapat terdengar jelas oleh sang pria yang berada dihadapannya.

Pria itu menatap wajah Hannah.”Itu nama panggilanku,” kata Ray lalu menjabat tangan Hannah.
-Selesai-

Tinggalkan jejak ya ..... komen atau saran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar