Minggu, 07 Juni 2015

MAKALAH PEMANASAN GLOBAL

PENGARUH PEMANASAN GLOBAL

TERHADAP LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur patut kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga karya tulis mengenai “Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

            Kami menyadari banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan karya tulis ini. Dimulai dari tahap persiapan, pencarian materi, dan penyusunan, sampai pada tahap penyelesaian.

            Selain itu, kami pun menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini tentu jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami menerima semua kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan karya tulis ini.

                                                                                               

Palopo,                        2014



Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................     
Halaman Pengesahan .............................................................................   
Kata Pengantar........................................................................................    
Daftar Isi ..................................................................................................     
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang..............................................................................     
      B.     Rumusan Masalah.........................................................................      
      C.     Tujuan Penulisan...........................................................................      
      D.    Manfaat Penulisan.........................................................................     
      E.     Metode Penulisan..........................................................................     
      F.      Sistematika Penulisan....................................................................     
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Pemanasan Global....................................................... .   
      B.     Penyebab Pemanasan Global.........................................................     
      C.     Pengertian Lingkungan..................................................................     
      D.    Mengukur Pemanasan Global.......................................................      
      E.     Model Iklim...................................................................................     
      F.      Dampak Pemanasan Global...........................................................     
      G.    Perdebatan Tentang Pemanasan Global........................................      
      H.    Pengendalian Pemanasan Global...................................................     
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan....................................................................................     
      B.     Saran..............................................................................................     
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Karya tulis “Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan” adalah makalah yang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar bahaya yang mengancam akibat pemanasan global. Dampak dari pemanasan global ini tidak terlepas dari campur tangan manusia. Isu pemanasan global ini telah merebak di kalangan masyarakat sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu. Para ilmuwan bahkan berargumentasi bahwa apabila kondisi ini terus berlangsung, maka dapat diprediksi beberapa puluh tahun lagi kita tidak akan mengenal planet bumi sama dengan planet yang kita huni sekarang.

Pemanasan global atau global warming adalah peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Ternyata peningkatan kadar CO2 dalam udaralah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Hal ini diklaim sudah terjadi sejak revolusi industri merebak di Inggris pada abad 18, diawali oleh penemuan mesin uap oleh James Watt. Pada waktu itu pembakaran batu bara sebagai sumber energi mesin uap ternyata juga melepaskan gas CO2 yang sangat banyak ke udara. Bahkan sampai saat ini peningkatan kadar CO2 di udara bebas semakin meningkat. Belum lagi kejadian kebakaran hutan yang akhir – akhir ini marak terjadi hampir di seluruh dunia.

Selain itu, meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan berbagi  perubahan seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah dan pola presipitas, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan yang terlihat di setiap tempat di dunia. Di Indonesia sendiri, dampak dari

pemanasan global ini dapat dirasakan oleh masyarakat secara nyata seperti terjadinya bencana banjir di berbagai daerah, kebakaran hutan, merebaknya wabah penyakit menular dan musim yang tidak menentu. Untuk itu manusia didorong untuk memiliki perhatian terhadap hubungan antara meningkatnya bencana alam dan pemanasan global.

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, mendorong penulis untuk membuat karya tulis berjudul “Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan”.

B.        Rumusan Masalah
          Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam karya tulis ini adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan pemanasan global ?
2.      Apakah penyebab dari pemanasan global yang terjadi di permukaan bumi ini ?
3.      Apakah pengertian dari lingkungan ?
4.      Bagaimana pengaruh atau dampak pemanasan global terhadap lingkungan ?
5.      Bagaimana cara mengendalikan pemanasan global?

C.        Tujuan Penulisan
                        Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penulisan adalah :
1.      Mengetahui pengertian pemanasan global.
2.      Mengetahui hal – hal yang menyebabkan terjadinya pemanasan global yang terjadi di permukaan bumi.
3.      Mengetahui pengertian dari lingkungan.
4.      Mengetahui pengaruh atau dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan.
5.      Mengetahui cara - cara mengendalikan atau mengatasi pemanasan global yang terjadi di permukaan bumi ini.

D.        Manfaat Penulisan
            Manfaat penulisan ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Untuk menambah pengetahuan kita mengenai pemanasan global.
2.      Agar kita dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya pemanasan global.
3.      Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pentingnya lingkungan bagi kelangsungan hidup manusia.
4.      Masyarakat menyadari bahwa asap dari kendaraan berbahan bakar memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam dan dapat menimbulkan polusi udara yang memicu meningkatnya pemanasan global.
5.      Pemerintah atau masyarakat lebih menggalakan pembuatan areal hijau di sepanjang jalan kota, untuk mengurangi pengaruh pemanasan global.

E.        Metode Penulisan
                        Penulisan ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena secara tepat terhadap sifat-sifat tertentu suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau menentukan frekuensi hubungan tertentu antara gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini juga dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan meneliti berbagai pendapat yang berkaitan objek yang diteliti oleh penulis.
                       


F.         Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
D.    Manfaat Penulisan
E.     Metode Penulisan
F.      Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pemanasan Global
B.     Penyebab Pemanasan Global
C.     Pengertian Lingkungan
D.    Mengukur Pemanasan Global
E.     Model Iklim
F.      Dampak Pemanasan Global
G.    Perdebatan Tentang Pemanasan Global
H.    Pengendalian Pemanasan Global

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran

Daftar Pustaka




BAB II
PEMBAHASAN
A.        Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata – rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Suhu rata -rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Pemanasan global atau global warming  merupakan salah satu permasalahan lingkungan terbesar yang mengancam kehidupan planet Bumi. Data - data yang ada memang menunjukkan planet Bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain cuaca dilingkungan yang makin panas, juga menyadari makin banyak bencana alam dan fenomena alam yang cenderung tidak terkendali.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada

periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi -konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara – negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah ada pengurangan emisi gas – gas rumah kaca.

B.        Penyebab Pemanasan Global

            1.         Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan Bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas - gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

            2.         Efek Umpan Balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

3.         Variasi Matahari                                                                                 
                                                Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari. Mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

C.        Pengertian Lingkungan
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan, kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, flora, dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut “lingkungan hidup”. Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur, dan benda hidup lainnya. Sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebagainya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut UU No. 23 tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya. Unsur – unsur lingkungan  dapat dibedakan menjadi  3, yaitu :

1.                  Unsur Hayati (Biotik)
Biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada pokoknya makhluk hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu, misalnya golongan manusia, hewan, dan tumbuhan. Makhluk hidup berdasarkan ukurannya digolongkan menjadi mikroorganisme dan makroorganisme. Manusia merupakan faktor biotik yang mempunyai pengaruh terkuat di bumi ini, baik dalam pengaruh memusnahkan dan melipatkan, atau mempercepat penyebaran hewan dan tumbuhan. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
·         Produsen adalah makhluk hidup yang mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (organisme autotrof). Proses tersebut hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contoh produsen adalah alga, lumut, dan tumbuhan hijau.
·         Konsumer adalah organisme heterotrof yang tidak bisa membuat makanannya sendiri dan tergantung kepada organisme lain, baik yang bersifat heterotrof maupun yang autotrof. Konsumer biasanya merupakan hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara langsung (herbivora) dinamakan konsumer primer. Hewan yang memakan konsumer primer dinamakan konsumer II dan seterusnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan. Konsumer terakhir disebut konsumer puncak. Contoh konsumer puncak adalah manusia.
·         Dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik menjadi anorganik untuk kemudian digunakan oleh produsen. Dekomposer dapat disebut juga sebagai organisme detritivor atau pemakan bangkai. Contoh organisme dekomposer adalah bakteri pembusuk dan jamur
Setiap makhluk hidup hanya dapat hidup dan berkembang biak pada lingkungan yang cocok, yang disebut habitat. Di dalam ekosistem, setiap organisme mempunya fungsi dan tugas tertentu. Hal ini dikenal dengan nisia. Oleh karena itu, komponen biotik ekosistem dapat dikelompokkan berdasarkan nisia tadi.Secara garis besar ada empat nisia.  

2.                   Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3.                  Unsur Fisik (Abiotik)
Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Beberapa contoh komponen abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi, dan iklim.

D.        Mengukur Pemanasan Global
                        Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak Gunung Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

E.        Model Iklim
                        Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model -model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
                       
                        Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
                       
                        Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia. Akan tetapi, mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
                       
                        Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi IPCC (Special Report on Emissions Scenarios / SRES). Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
           
                        Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi - diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

 F.        Dampak Pemanasan Global
            Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar, dan kesehatan manusia.

1.                  Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.

2.                  Peningkatan Permukaan Laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

3.                  Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4.                  Gangguan Ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5.                  Kesehatan Manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria, persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold, dan serbuk sari.

6.                  Hilangnya Terumbu Karang
Sebuah laporan tentang terumbu karang dari WWF mengatakan bahwa dalam skenario terburuk, populasi karang akan runtuh pada tahun 2100 karena suhu dan keasaman laut meningkat. “Pemutihan” karang akibat kenaikan suhu laut yang terus-menerus sangat berbahaya bagi ekosistem laut, dan banyak spesies lainnya di lautan bergantung pada terumbu karang untuk kelangsungan hidup mereka. “Meskipun luasnya lautan 71 persen dari permukaan bumi dengan kedalaman rata-rata hampir 4 km , ada indikasi bahwa hal  ini mendekati titik kritis. Bagi terumbu karang, pemanasan dan pengasaman air mengancam hilangnya ekosistem global.

G.        Perdebatan Tentang Pemanasan Global
                        Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.

Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.

Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.

Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, NOAA (U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration)  memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan, suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.

Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

H.        Pengendalian Pemanasan Global
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.

                        Pengendalian terhadap pemanasan global dapat dilakukan dengan cara :

1.                  Strategi Internasional
 Atmosfer dunia merupakan suatu kesatuan yang tunggal, oleh karena dampaknya dari pemanasan global (jika ini terjadi) akan dirasakan oleh setiap orang, baik oleh mereka yang menyebabkannya maupun yang tidak. Oleh karena itu, semua negara yang menjalankan strategi pembangunannya harus melihat baik secara nasional maupun secara global. Jangan sampai suatu proses justru menyebabkan mereka sendiri menjadi korban utamanya.

2.         Tanggung Jawab Global
                        Keadaan global yang saling tergantung merupakan suatu kenyataan, namun sering tidak dihargai. Sudah saatnya semua negara sadar untuk memikul tanggung jawab bersama melalui tindakan yang terkoordinasi dan saling berkaitan untuk kesejahteraan bersama. Semua negara bertanggung jawab untuk melakukan usaha global melawan pemanasan global. Untuk itu perlu memikirkan bersama dalam menetapkan strategi pembangunan global yang berkelanjutan.
                       
3.         Meningkatkan Partisipasi Negara – Negara di Dunia
Untuk mengatasi ancaman pemanasan global membutuhkan partisipasi dari semua negara – negara di dunia. Tetapi banyak negara yang belum memilki kesadaran tentang pentingnya mengantisipasi ancaman dari pemanasan global. Hal ini disebabkan beberapa alasan, antara lain : tidak cukupnya informasi, tidak cukupnya komunikasi, terbatasnya sumber daya manusia, kesulitan – kesulitan institusi dan terbatasnya sumberdaya keuangan.

4.                  Dukungan Untuk Penelitian
Penelitian mengenai hal – hal yang berkaitan dengan pemanasan global sangat diperlukan dalam membuat ramalan – ramalan yang lebih seksama akan kemungkinan terjadinya perubahan di masing – masing negara. Oleh karena itu, negara – negara yang mampu selayaknya membantu negara berkembang dari segi finansialnya, disamping membantu dalam hal ilmu pengetahuan.

5.         Pembangunan yang Ramah Lingkungan
Negara – negara di dunia sudah saatnya melaksanakan pembangunan yang bersifat ramah lingkungan. Pembangunan ramah lingkungan mempunyai makna bahwa pembangunan yang dilakukan tidak boleh menyakiti lingkungan hidup baik fisik maupun sosial budaya dan harus ramah terhadap peranan ekologinya.            

6.         Rehabilitas Hutan dan Lahan Kritis
Rehabilitas hutan dan lahan kritis harus dilakukan karena jika hutan rusak dan lahan menjadi kritis maka kandungan karbon menurun. Fenomena ini dapat dijadikan potensi untuk dilakukan perdagangan kabon.  Sebuah contoh sederhana dari perdagangan karbon, misalnya hutan hujan tropik di Asia mengandung 135 – 250 ton C/ha.         

7.         Persetujuan Internasional
 Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.

Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Protokol Kyoto tidak berpengaruh apa-apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.

Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara, dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu -isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.

8.         Kriteria Lingkungan
Untuk pencapaian tingkat polusi dari kondisi saat ini sampai pada tingkat yang tidak membahayakan dibutuhkan kriteria – kriteria lingkungan dalam bentuk baku mutu yang disepakati oleh semua negara. Baku mutu tersebut harus senantiasa mengalami perubahan yang bertahap ke arah kriteria lingkungan yang ideal bagi kelangsungan hidup yang ada di bumi.
                       
9.         Dana Proyek
Dalam melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan, selayaknya negara maju memberikan bantuan dana. Bantuan lebih dipriorotaskan kepada negara berkembang yang melaksanakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan. 


BAB III
PENUTUP
A.        Kesimpulan
                        Pemanasan global dapat dimaknai sebagai suatu proses meningkatnya suhu rata – rata atmosfer, laut dan daratan. Terjadinya pemanasan global ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu efek rumah kaca, efek umpan balik, dan variasi matahari.

                        Terjadinya pemanasan global ini, sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora, dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Pengaruh dari pemanasan global terhadap lingkungan diantaranya yaitu iklim mulai tidak stabil, peningkatan peermukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, kesehatan manusia, dan hilangnya terumbu karang.

                        Untuk itu, pengendalian akan pemanasan global sangatlah penting. Cara pengendalian pemanasan global yaitu dengan strategi internasional, tanggung jawab global, meningkatkan partisipasi negara – negara di dunia, dukungan untuk penelitian, pembangunan yang ramah lingkungan, rehabilitas hutan dan lahan kritis, persetujuan internasional, kriteria lingkungan, dan dana proyek.

B.        Saran
                        Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa saran yang diberikan dalam rangka mengatasi pemanasan global, yaitu :
1.      Tanamlah dan peliharalah pepohonan dan tumbuhan di sekitar kita. Hal – hal seperti ini ternyata sangat berguna bagi lingkungan.
2.      Diharapkan pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.
3.      Mengurangi penggunaan lampu di siang hari karena dapat membuat panas Bumi semakin meningkat.
4.      Jangan menebang hutan secara sembarangan. 


DAFTAR PUSTAKA
Azahari. 2007. Pemanasan Global (Global Warming). Http://my-work-global-     warming.blogspot.com/31 Januari 2014.
Gmacks. 2010. Akibat Pemanasan Global. Http://pranaindonesia. wordpress.com/ pemanasan-global/akibat-pemanasan-global/31 Januari 2014.
Laelidewisasmita. 2012. Unsur – Unsur Lingkungan Hidup. Http:// laelidewisasm    ita.wordpress.com/2012/03/24/unsur-unsur-lingkungan-hidup/31 Januari 2014.
Pratiwi, Subrata. 2011. Bumi Tempatku Berpijak. Jakarta: Multi Kreasi  Satudelapan.
Rahmawati, Herlina. 2008. Bencana Alam dan Masa Depan Bumi. Jakarta: Nobel  Edumedia.
Wikipedia. 2014. Lingkungan. Http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan/31  Januari 2014.
Wikipedia. 2014. Pemanasan Global. Http://id.wikipedia.org/wiki/ Pemanasan_global/31 Januari 2014. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar