PERTEMUAN
Masri,
laki – laki muda asli Minangkabau, berpendidikan cukup tinggi dan sangat patuh
terhadap kedua orang tuanya. Bahkan ia rela menikahi gadis pilihan orang tuanya
yang sama sekali tidak ia cintai dan memilih untuk mengikuti kemauan bapak – ibunya
agar tidak melanjutkan pendidikannya di betawi. Mulanya Masri belum ada niat
sama sekali untuk menikah diusianya itu. Namun apa daya tangan tak sampai,
orang tuanya bulat tekadnya untuk menikahkannya.
Akhirnya
Masri pun menikah dengan khamisah, yaitu gadis pilihan orang tuanya sekaligus
anak tantenya. Khamisah ialah seorang anak gadis, remaja putri, rupanya cantik
bukan kepalang, usianya baru 17 tahun. Mukanya yang bujur daun budi, warna
kulitnya yang kuning langsat, perawakannya sederhana, rambutnya panjang dan
hitam laksana dawat serta lenggannya yang memutus rangkai hati itu. Kasih
sayang ibu – bapaknya tidaklah berhingga berbatas, karena Khamisah adalah anak
sematawayang tantenya. Itulah sebabnya Khamisah sangat dimanjakan ibu –
bapaknya.Apa saja yang dimintanya akan selalu dikabulkan dan segala
perbuatannya, yang banyak kali tidak baik, tidaklah pernah dimarahi orang
tuanya. Masa kecil teranja – anja, sudah besar terbawa – bawa, lalu tua berubah
tidak, begitulah sampai ketika itu tingkat perangai gadis yanng telah perawan
dara itu, janganlah berubah, hanya bertambah buruk yang ada. Parasnya yang
cantik molek dan manis itu, berlawanan benar, seperti siang dengan malam dengan
sifat dan tabiatnya.
1
tahun lamanya masri menanggung derita hidup bersama seorang wanita yang tak
dicintainya. Pagi, siang, dan malam selalu saja ada perkara yanng membuatnya
berdebat dengan Khamisah. Sampai suatu hari Khamisah pergi menemui dukun karena
merasa Masri telah menyukai gadis lain dan diberinyalah sebuah guna – guna berupa
serbuk (entah terbuat dari apa, yang jelas tak baik dikonsumsi) yang harus dia
taburi kedalam makanan suaminya tersebut dari dukun itu. Akhirnya setelah
menemui dukun tersebut berbekal serbuk itu dia pulang kerumah dan segera lekas
untuk membuatkan makanan untuk Masri agar dapat ditaburkannya bubuk tersebut
kedalam makanan Masri. Setelah usai mengajar Masri pulang kerumahnya dan
alangkah terkejutnya Masri ketika melihat makanan telah tersedia di meja makan.
Sekiranya istrinya telah berubah. Setelah makan ia pun pergi menemui istrinya
dan membirikan sebuah kecupan terima kasih kepada istrinya. Khamisa pun mengira
bahwa Masri sudah terjerat di dalam guna – gunanya. Tanpa disadarinya guna –
guna tersebut mebuat kesehatan Masri makin hari makin menurun, sampai akhirnya
Masri harus masuk rumah sakit. Tak lama setelah masuknya Masri ke rumah sakit
tetangganya yang bernama Ruhana tidak sengaja mendengar perkataan Khamisah.
“Oh,
celakalah aku ini, sebab menurutkan kata Syamsiar (tetangga Khamisah yang
kurang budi pekertinya) yang durjana itu!”
Kemudian
dilaporkannya pendengarannya teraebut kepada Ruzaham, suaminya.
“Diam
sajalah engkau, jangan kau katakan pula pendengaranmu itu kepada orang lain,
apalagi kepada Masri. Kalau ia tahu akan hal itu, tentu penyakitnya bertambah
dalam. Hanya bersama – samalah kita mendoa kepada Tuhan, moga – moga Masri
terhindar dari bahaya maut, dan jadi pengajaranlah hendaknya bagimu, bagaimana
jahatnya guna – guna itu,” kata Ruzaham kepada istrinya. Sementara itu
berpikirlah Masri di rumah sakit bahwa istrinya telah mengguna – gunainya. Dia
pun memutuskan untuk menceraikan Khamisah.
Tak
lama setelah bercerai dengan Khamisah Masri pun dipindah tugaskan untuk
mengajar di daerah Sibolga. Disana Masri mengalami kemelaratan karena permainan
judi tapi itu tidak berlangsung terlalu lama karena setelahnya ia kemudian
dipindahkan tugas lagi ke Kutaraja. Disanalah ia bertemu dengan wanita yang ia
cintai dengan setulus hatinya, Rasdiana namanya. Kulitnya putih – kuning,
perawakannya sedang besarnya, tegaknya tegap dan lurus serta perjalanannya
gagah dan manis dipandang mata. Melihat keadaan tubuhnya, tampaklah rasanya,
bahwa ia seorang anak perempuan yang berani, tak ada menaruh takut dan gentar
akan menuju kebenaran.Tetapi wajah mukanyayang menaruh suatu kekuatan yang
keras, dapat menarik dan mengharu – birukan kalbu barang siapa yang melihatnya,
menunjukkan pengasih penyayang, kesetiaan, dan kelurusan hatinya. Namun
perjalan cintanya tak semudah yang dipikirkan, beberapa kali hati Masri ditarik
ulur oleh Rasdiana. Sampai suatu saat Masri telah berputus asa untuk
mendapatkan Rasdiana dan ia memilih untuk bunuh diri dengan cara melompat
kedalam lautan. Namun tanpa disangka –sangka Rasdiana datang memeluk Masri dari
belakang sebelum ia terjun kedalam laut. Akhirnya Rasdiana pun mengakui
perasaannya kepada Masri dan mereka berjanji untuk saling mencintai dan
melengkapi di tempat itu. Mereka pun hidup bahagia bersama selamanya.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar