Segenggam
Asa
Kata
pujangga hidup adalah perjuangan
Kata
bangsawan hidup adalah harga diri
Namun
kata seniman hidup adalah seni
Namun
saat kau mencintai, hidup adalah dirinya
Walaupun
Bumi tak lagi berputar pada porosnya
Walaupun
tak ada setitik cahaya
Meskipun
lautan tak memancarkan ketenangan
Kau
tetaplah poros, cahaya, dan keindahan hidupku
Inilah
diriku
Berperang
dengan segala kegelapan
Menerjang
badai agar kau berpaling
Bahkan
meregang nyawa untukmu
Tapi
dirimu tetaplah dirimu
Pendirian
sekuat gunung batu
Perasaan
sedingin gunung es
Tatapan
setajam sebilah pisau
Kau
hancurkan diriku
Kau
hancurkan segala asa
Kau
torehkan luka sedalam jurang neraka
Kau
buat jiwaku mati rasa
Andaikan
hidupku, hidupmu dapat menjelma menjadi hidup kita
Namun
kenyataan menyadarkanku
Bagaikan
pangeran dan rakyat jelata
Tak
akan pernah hidup bahagia sekalipun di dunia dongeng
Begitu
pulalah diriku dan dirimu
Walaupun
ada yang namanya keajaiban
Keajaiban
saja tidak akan boleh
Lalu
apa ? katakan padaku ?
Agar
aku boleh bersamanya
Tak
ada . . . Tak ada jawabnya
Begitukah
? Takdir hidupku ?
Kini
ku melangkah
Meratapi
segala duka berdarah
Yang
ku tahu walaupun seribu tahun pun tak akan sembuh
Namun
biarlah
Biarlah
aku tetap menggenggam asa ini
Biarlah
dirimu tetap jadi porosku . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar