PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA MASA
PRA AKSARA DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kami panjatkan
ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan hidayah-Nya, sehingga
karya tulis mengenai “Perkembangan
Teknologi Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami
pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami menyadari banyak hambatan dan
kesulitan dalam menyelesaikan karya tulis ini. Dimulai dari tahap persiapan,
pencarian materi, dan penyusunan, sampai pada tahap penyelesaian.
Selain itu, kami pun menyadari bahwa
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini tentu jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, kami menerima semua kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan karya tulis ini.
Palopo,
2014
Penyusun
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan
masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan disebut juga dengan kehidupan
masyarakat Indonesia Pra aksara, manusia yang hidup pada zaman pra aksara belum
mengenal tulisan, akibatnya generasi selanjutnya serta para peneliti tidak
mungkin mengharapkan adanya bukti bukti tertulis mengenai kehidupan mereka,
karena mereka hanya meninggalkan benda - benda kebudayaan.
Presiden Soekarno pernah mengatakan , ”jangan sekali kali meninggalkan
sejarah, ini membuktikan pentingnya masa lalu atau sejarah tidak hanya mengacu
pada kehidupan berbangsa saja”, menurut ilmu psikologi masa lalu tidak
bisa dilupakan tetai harus diolah, dievaluasi yang hasilnya berupa rekonsiliasi/perdamaian
dengan diri sendiri, perdamaian dalam hidup kelompok, masa lalu ialah kekayaan
& pedoman yang sungguh berharga untuk hidup pada masa kini & yang akan
datang. Begitu juga dengan masa pra aksara.
Sebagai
generasi muda kita dituntut untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana
perkembangan manusia pada masa pra aksara. Hal ini bertujuan agar kita tidak
hanya belajar begaimana berkompetisi untuk masa depan tetapi juga bagaimana
untuk mengolah kembali masa pra aksara dengan berbagai teknologi yang telah ada
pada masa itu.
Berdasarkan
latar belakang itu, maka penulis
terdorong untuk membuat karya tulis ini yang mana membahas mengenai
perkembangan teknologi manusia purba pada masa pra aksara di Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagimana perkembangan teknologi pada
masa pra aksara di Indonesia ?
2.
Apa contoh dari perkembangan teknologi
zaman pra aksara di Indonesia ?
3.
Dimanakah daerah di temukannya alat –
alat sebagai perkembangan teknologi manusia purba di Indonesia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan dari karya tulis ini, yaitu :
1.
Mengetahui perkembangan teknologi pada
masa pra aksara di Indonesia.
2.
Mengetahui contoh – contoh dari
perkembangan teknologi di Indonesia.
3.
Mengetahui daerah ditemukannya alat –
alat sebagai perkembangan teknologi manusia purba di Indonesia.
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Untuk menambah pengetahuan kita sebagai
siswa mengenai perkembangan teknologi pada masa pra aksara.
2.
Agar masyarakat juga mengetahui
bagaimana teknologi pada masa pra aksara.
3.
Agar kita sebagai masyarakat dapat
menjaga dengan baik benda – benda dari masa pra aksara untuk kepentingan ilmu
pengetahuan.
E.
Metode
Penulisan
Penulisan
ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena
secara tepat terhadap sifat-sifat tertentu suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu atau menentukan frekuensi hubungan tertentu antara gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian ini juga dilakukan dengan
penelitian kepustakaan dan meneliti berbagai pendapat yang berkaitan objek yang
diteliti oleh penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Masa Pra Aksara
Pra aksara atau nirleka (nir:
tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
kepada masa di saat catatan sejarah yang
tertulis belum tersedia. Zaman pra aksara dapat dikatakan permulaan
terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di
saat kehidupan
manusia di Bumi yang belum
mengenal tulisan.
Batas antara zaman pra aksara dengan zaman
aksara adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa
pra aksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan aksara adalah
zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman pra aksara atau dimulainya
zaman aksara untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban
bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya
sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki
zaman aksara. Zaman pra aksara di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa
berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan
adanya prasasti yang
berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur baru memasuki era aksara.
Karena tidak terdapat peninggalan
catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh
melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi.
Dalam artian bahwa bukti-bukti pra aksara didapat dari artefak - artefak yang
ditemukan di daerah penggalian situs pra aksara.
B.
Pengertian Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam
menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah
tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan
sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam
beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi
terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah
memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata
penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan
sampai senjata nuklir.
C.
Perkembangan Teknologi Masa Pra Aksara di Indonesia
Perlu kamu ketahui bahwa sekalipun belum mengenal
tulisan manusia purba sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi
waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut
dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih
bersifat kebetulan dan seadanya serta bersifat trial dan eror. Mula – mula
mereka hanya menggunakan benda – benda dari alam terutama batu. Teknologi
bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh
karena itu, pad ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra-aksara
ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono,
Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman
batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu, Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan
Megalitikum serta zaman logam yaitu perunggu dan besi
D.
Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal.
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia
umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang
terbuat dari kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4
zaman, antara lain:
1.
Paleolitikum atau Zaman Batu Tua
Paleotikum adalah zaman prasejarah
yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini
adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia
Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia, manusia
Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000
SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan
kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan
Ngandong. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau
berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari
biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam.
Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari.
Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh. Peninggalan
yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat
penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak
genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam
banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat
penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan
kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam.
Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi
lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Spesies
manusia purba yang telah ada: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus
Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus)
2.
Mesolitikum
atau Zaman Batu Tengah
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos
"tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan
teknologi manusia, antara Paleolitik atau
Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Istilah ini diperkenalkan
oleh John Lubbock
dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic
Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu
sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The
Dawn of Europe (1947).
Pada zaman mesolitikum di
Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum,
yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga
mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.[3]
Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche)
sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan
manusia pada zaman itu.
3.
Neolitikum
Neolitikum atau Zaman Batu Muda
adalah fase atau tingkat kebudayaanpada zaman pra aksara yang mempunyai
ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.
4. Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar,
dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu
besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini
berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia
sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat
awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul
karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :
a) Megalith Tua menyebar ke Indonesia
pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak
Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak,
Arca-arca Statis.
b) Megalith Muda menyebar ke Indonesia
pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson
(Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen,
waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.
Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
a)
Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
b)
Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah
bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
c)
Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
d)
Sarkofagus
Sarkofagus
adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang
ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk,
kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Di Indonesia, beberapa etnik masih
memiliki unsur-unsur megalitik yang dipertahankan hingga sekarang.
a)
Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
b)
Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.
c)
Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
E. Zaman
Logam
Di Eropa zaman logam ini mengalami 3 fase, zaman tembaga, perunggu, dan
besi. Sedangkan di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II mengenai
perkembangan teknologi pada masa pra aksara di Indonesia, kami dapat
menyimpulkan :
1.
Perkembangan
teknologi pada masa pra aksara di Indonesia di bagi dalam 3 masa yaitu Peleotikum,
Mesolitikum, Neolitikum, Meegalitikum, dan zaman logam.
2.
Perkembangan
teknologi/ kebudayaan dari ketiga masa itu, yaitu kebudayaan pacitan,
Kebudayaan Ngandong, kebudayaan Kjokkenmoddinger, kebudayaan abris sous roche,
mengenal api, kebudayaan kapak peregi, kebudayaan kapak lonjong, perkembangan
zaman logam, dan konsep ruang pada hunia.
3.
Persebaran dari
penemuan teknologi atau kebudayaan pada masa pra aksara yaitu Sumatera Selatan,
Bali, Flores, Sulawesi Selatan, dan Timor, Nusa Tenggara, Halmahera, Bojonegoro
dan Jawa Timur.
B.
Saran
1.
Karya tulis
mengenai manusia purba ini masih memiliki kekurangan. Namun ini adalah usaha
belajar dari kelompok kami untuk memahami dan mengenal sejarah kehidupan
manusia yang ada di Indonesia. Karena itu kami mohon kritik dan saran dari
pembaca.
2.
Agar sebagai
generasi muda kami tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri
khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa pra aksara ketika manusia
purba hidup di Indonesia dan bagimana perkembangan teknologi atau
kebudayaannya..
thanks
BalasHapusMantap min
BalasHapusiya sama - sama, semoga bermanfaat artikelnya
BalasHapusDaftar pustaka nya mana y
BalasHapusDaftar pustaka nya mana y
BalasHapus